Small Talk : Fam.
August 07, 2015
Halo!
I’ve been really naughty for the past 2 weeks for not post
anything on my blog! Huhuhu maaf ya sebelumnya karena aku tidak ngepost apapa
selama 2 minggu ke belakang, dan ya jawabannya, aku masih hidup kok guys! Hahaha.
Sebagai permohonan maaf minggu ini aku akan hattrick malam ini dengan ngepost
tiga new entry sekaligus. Yap, ya thank you everybody.
2 minggu yang lalu secara “mendadak” orangtuaku ngajak untuk
pulang kampung yang awalnya sempet ada niat juga sebelumnya tapi gagal at the
first place. Kedua orangtuaku dari sumatera jadi ya kita semua mudik ke
sumatera. Daaann I’m not going to tell any details about that haha. The things
that i really want to talk is family.
Pada nyatanya, aku bukan berasal dari keluarga yang super
warm, yang selalu hug hug kisses kisses on any occasion. Tapi jujur aja aku
senang dan bahagia banget dengan keluargaku ini. Selama my early teens years, I
used to be someone whose really come into my friends dan gak terlalu put my
family first. Dan hal itu pula yang sekarang mulai aku lihat terjadi di
kalangan temen-temen early teens sekarang. Karena aku within 2 years juga bakal
ngelepas masa teens, aku mulai mikir dan sadar sekarang kalau apa yang aku dan
mungkin sejumlah orang lakuin di fase tersebut sebenernya sangat bikin sedih
keluarga, terutama orangtua.
The transition yang terjadi sebenernya sangat strange dan
mendadak bagi orangtua untuk ngeliat anaknya mulai bilang “ah aku ada pergi
sama temen, ma” “duh aku ada janji pa sama temen” “yah aku udah ada janji
tanggal segitu” “hmm kayaknya gabisa deh” waktu mereka mungkin ngajak buat
jalan dan acara keluarga bersama. Sejumlah teman yang aku rasa juga mengalami
fase tersebut aku lihat ada yang ngedapetin tentangan keras dari orangtuanya
dengan sama sekali jadi gak boleh main sama temen sampe ada juga yang jadi
brutal yang bener-bener gak put family first.
Pengen rasanya aku itu buat bilang sama temen-temen yang ngalamin
hal seperti begitu, ya aku juga dulu gitu sih, kalau mereka bisa jadi bakal
menyesal ngelakuin hal yang seperti itu. By the time you’ll learn kawan, kalau
friends doesnt last forever, mereka bakal banyak yang come and go and feels
like bakal selalu ada sama kalian sampe masa depan. But the reality is, bahkan
aku aja yang belum genap 20 sudah terlalu kenyang dengan pemikiran yang begitu
tapi ternyata kandas begitu aja. Iya sih, mungkin akan tetap berteman, tapi
rasanya belum sebanding dengan pengorbanan yang dulu kita lakuin untuk mereka
yang ngebuat kita menggeser prioritas dari keluarga.
Kita bakal belajar through the time, apa sih sebenernya
motif mereka untuk berteman dengan kita. There will be a lot kind of person
yang kamu rasa “my best friend forever” banget lah tapi ternyata tidak cukup
baik buat di label demikian. Kamu bakal ngehadapin ups and downs nya kehidupan
remaja dan strugglingnya kamu sama kehidupan di fase tersebut, dan yang tanpa
kamu sadari sebenernya selalu ada dan selalu support kamu bukanlah mereka yang
kamu label demikian, tapi justru keluarga.
Aku sempet ngerasain juga sedih dan depressed nya aku di
pertengahan fase remaja aku, sampe aku mikir kemana sih temen-temen aku yang
selalu aku korbanin? Bahkan yang aku selalu ngerasa hepi lebih daripada kalau
aku lagi jalan sama keluargaku? Siapa sekarang yang aku punya?. Then i realize,
it is my family. Sekali mamaku juga pernah bilang “yang bakal selalu ada dan
nerima kita apa adanya despite of semua kurangnya kita, jeleknya kita,buruknya
kita ya keluarga. Keluarga itu tempatnya kembali, tempatnya pulang, tempatnya
you can be yourself and everybody can accept you for who you are and support
semua yang kita lakukan”
Sebenernya aku juga tau kalau gak semua keluarga tuh
bener-bener menunjukkan apa yang aku kutip di atas, gak semua keluarga nampak
supportive begitu, gak semua keluarga got our back bahkan kadang aku sempet
menyadari juga ada keluarga so far from it. The reality is, cara keluarga kita
menunjukkan semuanya itu beda-beda. Bahkan aku sendiri juga gak bisa paksa
keluarga aku untuk selalu ngomong yang manis-manis soal aku atau selalu mendukung
aku atas keputusan yang aku ambil, but i know itu cara mereka untuk show sayang
mereka ke aku. Kita gak bisa nyama-nyamain caranya keluarga kita dengan cara
keluarga lain. Tapi, gimana caranya sih untuk kita bisa menyadari “kasih sayang”
mereka ke kita itu? Ya dengan mikir dengan lebih rasional dan dewasa menurutku.
Shut yourself dan coba mikir positif dan terbuka dan belajar buat pahamin apa
sih maksud keluarga kita melakukan hal yang mungkin kamu rasa “far from love”
ke kamu? Apa maknanya?. Mungkin awalnya kita bakal ngebatu dan menangin
pemikiran kita, tapi seiring waktu kita belajar dan mikir soal itu, then you’ll
realize it, friends.
Aku tau sih, emang terlalu dini buat aku yang sendirinya
juga masih suka begitu kadang-kadang buat ngomong hal yang kayak gini. Dan aku
juga gatau apa ke depannya aku bakal tetep bisa stick di pemikiran dan sikap yang
begini kalau tiba saat-saatnya pemikiran ini diuji, tapi at least aku sempet
tahu dan sempet stick to it. Kalaupun pemikiran begini ialah yang tepat dan
bisa aku pertahanin, ya berarti its good for me tho, dan aku bersyukur aku bisa
menyadari dan punya pemikiran begini di usia-usia segini.
Okay, kenapa jadi serius banget ya hahaha padahal niatnya
mah mau ngobrol santai soal keluarga dan fase remaja yang ngebingungin yang
ngebuat kita kalap akan dunia wkwkwk. Ah tapi gapapa lah, semoga aja obrolan
aku barusan bisa manfaat buat yang ngebacanya, egamesti jadi nasihat sih, tapi
cukup jadi bahan pemikiran aja hehe maaf juga kalo jatohnya rambling dan
ngeraba kesana kemari. Okay deh, have a nice day guys! (p.s. salam buat
keluarga ya!!)
0 comments